Sumber Oleh: Prof. Drs Physiol. Dr. Y.S. Santosa Giriwijoyo
Sebelum
manusia mengenal listrik, ternyata Allah telah menggelarkan listrik
dalam tubuh manusia secara sangat canggih, bahkan sejak dari
dihadirkanNya manusia pertama di bumi. Sel-sel dalam tubuh manusia yang
jumlahnya lebih dari satu triliun masing-masing mempunyai muatan listrik
sebesar 90 mV dengan muatan positif diluar membran sel dan muatan
negatif di dalamnya. Bila dapat dibuat hubungan seri dalam masalah
listriknya antara satu sel dengan sel yang lain maka memang tubuh
manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam menghasilkan tegangan
listrik. Misalnya untuk menghasilkan tegangan 220 V (tegangan listrik
rumah tangga) diperlukan hubungan seri 2500 sel saja, sedangkan tubuh
manusia mengandung lebih dari 1 triliun sel. Apakah hal yang demikian
dapat dilakukan dalam tubuh manusia? Entahlah. Tetapi memang ada
diberitakan orang dapat menyalakan bola lampu hanya dengan memegang
kutub-kutubnya, sehingga kiranya memang bukan hal yang sangat mustahil,
sebab bahan bakunya memang telah tersedia dalam tubuh manusia itu
sendiri.
Pada sejenis belut yang disebut “Electric eel” (belut listrik), belut
ini dapat mengembangkan perbedaan voltase yang cukup besar antara
bagian kepala dan ekor, konon sampai 300 Volt, gunanya untuk menyengat
lawan atau mangsanya. Hal ini menunjukkan bukti bahwa bukanlah hal yang
mustahil bahwa struktur biologik dapat mengembangkan potensial listrik
yang cukup tinggi.
Semua alat-alat tubuh manusia dalam
menjalankan fungsinya selalu berkaitan dengan masalah listrik ini,
khususnya saraf dan otot, termasuk otot jantung.
Penyakit dapat menimbulkan gangguan listrik dalam tubuh, sebaliknya
gangguan listrik pada sesuatu alat tubuh dapat menimbulkan gejala
penyakit. Misalnya radang (selaput) otak dapat menimbulkan gangguan
listrik pada otak sehingga menyebabkan terjadinya kejang-kejang;
sebaliknya gangguan listrik pada otak dapat menimbulkan gejala penyakit
misalnya epilepsi (ayan). Hal yang sama dapat terjadi baik pada otot
maupun pada jantung, misalnya iskemia (kekurangan darah) atau infarct
(kematian jaringan) otot jantung dapat menyebabkan gangguan tata listrik
jantung, sebaliknya gangguan tata listrik jantung dapat menimbulkan
gangguan irama denyut jantung (extra systole).
Sudah sejak lama dunia Kedokteran memanfaatkan peristiwa listrik
tubuh ini untuk keperluan diagnostik misalnya pencatatan peristiwa
listrik :
otak yang disebut Elektroensefalografi (EEG).
jantung yang disebut Elektrokardiografi (EKG/ECG).
otot yang disebut Elektromyografi (EMG).
Hal
tersebut diatas dikemukakan oleh karena ada disebut- sebut bahwa tenaga
dalam ditimbulkan sebagai hasil dari pengaturan tata listrik dalam
tubuh yang kemudian menghasilkan medan elektromagnetik yang mengelilingi
tubuhnya. Bila memang demikian masalahnya maka adanya medan
elektromagnetik tersebut diatas tentulah akan dapat dibuktikan
berdasarkan hukum-hukum fisika. Contoh : sebuah kumparan kawat listrik
yang diletakkan dekat pada sebuah kompas; bila kumparan itu kemudian
dihubungkan dengan sumber arus listrik searah (batu batere, accu), maka
akan segera terbentuk medan elektromagnetik sekitar kumparan itu.
Bersamaan dengan terbentuknya medan elektromagnetik, maka jarum kompas
(jarum kompas tiada lain ialah sebuah magnet) akan menunjukkan
pergerakan. Makin kuat sumber arusnya makin kuat dan luas medan
elektromagnetik yang terbentuk dan makin besar terjadinya pergerakan
jarum kompas itu. Demikian juga dalam hal jaraknya; makin dekat letak
kompas terhadap kumparan makin besar pergerakan jarum kompas itu yang
terjadi. Akan tetapi ada satu posisi tertentu di mana jarum kompas dapat
sama sekali tidak bergerak berapapun besar arus listrik yang dialirkan
melalui kumparan, yaitu bilamana posisi kumparan kawat itu sedemikian
rupa sehingga arah medan elektromagnetik yang dihasilkan kumparan tepat
sama dengan arah medan magnetik yang dihasilkan oleh jarum kompas itu.
Sekarang marilah kita tinjau bagaimana bila jarum kompas itu kita
ganti dengan jarum baja biasa. Dengan sendirinya jarum itu tidak akan
menunjukkan arah utara-selatan dan iapun tidak memperlihatkan pola
kepekaan tertentu terhadap adanya perubahan medan (elektro)magnetik yang
terjadi di sekelilingnya, misalnya yang berasal dari kumparan tersebut
diatas atau yang berasal dari sesuatu magnet lain yang diletakkan di
dekatnya. Akan tetapi bila jarum baja biasa itu kemudian kita
gosok-gosokkan ke pada sebuah magnet yang lebih besar secara
teratur/searah, atau diperam (dimasukkan ke) dalam rongga kumparan itu
yang dialiri arus listrik searah dan dibiarkan untuk beberapa waktu,
maka jarum baja biasa itu sekarang akan berubah menjadi jarum (yang
mempunyai sifat-sifat) magnet dan akan berperilaku sebagaimana halnya
sebuah jarum kompas, artinya iapun akan dapat menunjukkan arah
utara-selatan dan akan peka pula terhadap adanya perubahan medan
elektromagnetik yang terjadi di sekelilingnya.
Jadi
apa sesungguhnya perbedaan antara jarum baja biasa dengan jarum (baja
magnet) kompas? Perbedaannya terletak pada tata letak molekul-molekul
besi baja itu sendiri. Pada besi baja magnet, letak molekul-molekul besi
baja itu (molekul besi/baja memang telah mempunyai sifat dasar magnet)
sebagian besar atau seluruhnya adalah teratur, artinya kutub-kutubnya
terletak pada arah yang sama, sehingga “ke luar” ia dapat mewujudkan
dirinya sebagai sebuah magnet. Sedang pada jarum baja biasa arah
kutub-kutub molekulnya simpang siur tidak teratur, sehingga “ke luar” ia
tidak dapat mewujudkan dirinya sebagai sebuah magnet. Dengan
digosok-gosokkan pada sebuah magnet atau diletakkan dalam rongga
kumparan yang dialiri arus listrik searah, maka arah kutub-kutub
molekulnya dibuat menjadi searah dan berubahlah ia menjadi jarum magnet.
Jadi sifat magnet pada dasarnya memang sudah ada pada setiap besi atau
baja. Pada besi lunak (bukan baja) sifat magnet tidak dapat bertahan
lama oleh karena molekul-molekulnya mudah berputar. Makin keras besi
itu, artinya makin baik sifat bajanya, makin lama sifat magnet dapat
bertahan, akan tetapi diperlukan waktu yang lebih lama pula untuk proses
pembuatan magnetnya. Artinya baja mempunyai potensi menjadi magnet yang
lebih baik dari pada besi lunak.
Apa relevansi uraian tersebut di atas dengan tenaga dalam? Masalah
tenaga dalam kiranya analog dengan uraian tersebut di atas yaitu bahwa
pada dasarnya semua orang mempunyai tenaga dalam, hanya saja tenaga
dalam pada manusia biasa yang belum diolah masih dalam arah yang
simpang-siur sehingga tidak “muncul ke luar”. Tetapi bila kemudian
diolah (melalui olahraga tenaga dalam) dan “dibuka” (oleh orang
bertenaga dalam yang telah mampu) dan selanjutnya proses demikian
diulang-tingkatkan (diulang dan ditingkatkan) lebih lanjut, maka
keadaannya adalah ibarat besi lunak yang secara bertahap diolah menjadi
baja dan pada setiap akhir tahap pengolahan diperkuat sifat magnetnya.
Demikianlah maka dengan melalui proses yang kira-kira serupa dapatlah
dikembangkan tenaga dalam pada seseorang dan jadilah ia kini memiliki
tenaga dalam yang “telah mewujud”.
Dalam kaitan dengan proses tersebut di atas, kiranya memang sangat
beralasan adanya syarat minimal telah menjalani sekian kali latihan
(18x) pada setiap tingkat, sebelum diizinkan mengikuti ujian kenaikan
tingkat berikutnya (di”buka” lebih lanjut).Selanjutnya sebagaimana
halnya jarum baja yang telah dibuat jadi magnet menjadi peka terhadap
hal-hal yang bersifat (elektro)magnetik, maka orang yang “telah”
memiliki tenaga dalampun menjadi peka terhadap adanya getaran-getaran
yang bersifat tenaga dalam baik yang berasal dari manusia ataupun
sumber-sumber lainnya yang bersifat nyata maupun yang bersifat ghaib.
Orang yang sedang di”buka” adalah ibarat jarum baja yang sedang
diperam dalam kumparan kawat arus listrik searah atau ibarat sedang
digosok-gosokkan ke pada sesuatu magnet agar letak molekul-molekulnya
menjadi teratur dan searah, atau dengan perkataan lain arah
molekul-molekulnya sedang dibuat menjadi “sinkron”. Demikianlah memang
pengertian di”buka” lebih tepat bila diartikan di”sinkron”kan, oleh
karena pengertian di”buka” memang sering diasosiasikan ke pada adanya
“sesuatu” yang dimasukkan ke dalam diri orang yang di”buka” oleh orang
yang mem”buka”, sedangkan sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang
dimasukkan oleh yang mem”buka” ke dalam diri orang yang di”buka”.
Antara
listrik dan magnet memang terdapat hubungan yang sangat erat yaitu dari
listrik dapat dibuat magnet dan sebaliknya dari magnet dapat dibuat
listrik, sehingga kiranya bukanlah hal yang sangat mustahil bila ada
teori yang mengatakan bahwa tenaga dalam adalah gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh seseorang yang telah berhasil
men”sinkron”kan sumber-sumber listrik didalam dirinya melalui olahjiwa
dan olahraga tenaga dalam. Bila teori tersebut di atas dapat diterima,
maka masalah selanjutnya ialah bagaimana mekanismenya maka orang yang
bermaksud jahat akan terpental oleh pengaruh tenaga dalam orang yang
akan diserangnya ?
Telah dikemukakan bahwa semua aktivitas fisiologis dalam tubuh
manusia berhubungan dengan peristiwa listrik. Penyerang dengan emosinya
yang berkobar dan maksud jahatnya untuk mencelakakan yang akan diserang,
akan mempolakan cara menyerang dalam otaknya dan kemudian mewujudkannya
dengan pengerahan kekuatan otot yang cukup besar. Kesemuanya ini
berkaitan dengan peristiwa listrik dalam tubuhnya. Makin kuat emosinya
dan makin keras upayanya untuk mencelakakan makin besar terbangkitnya
peristiwa listrik dalam tubuhnya. Pembangkitan peristiwa listrik dalam
tubuh yang diluar kebiasaannya ini akan menghasilkan gelombang
elektromagnetik yang berbeda arah dengan gelombang elektromagnetik orang
bertenaga dalam yang akan diserang, akibatnya ialah gelombang
elektromagnetik penyerang mengalami perubahan (terinduksi), dengan
akibat lebih lanjut menjadi kacaunya peristiwa listrik dalam tubuhnya,
dengan akibat lebih lanjut lagi yaitu menjadi kacaunya gerakan
menyerangnya, yang wujudnya ialah menjadi terpentalnya penyerang
tersebut. Keadaannya kiranya sama dengan jarum kompas yang didekatkan
dengan letak yang tidak sesuai dengan arah gelombang elektromagnetik
kumparan tersebut di atas, yang akan menyebabkan jarum kompas itu
bergerak.
Bila
orang yang diserang tidak mempunyai tenaga dalam, peristiwa tersebut di
atas tidak akan terjadi oleh karena orang yang tidak mempunyai tenaga
dalam tidak memancarkan gelombang elektromagnetik. Lalu pertanyaan
berikutnya ialah : Mengapa bukan orang yang bertenaga dalam yang mental
oleh pengaruh gelombang elektromagnetik orang yang menyerang? Hal itu
pada umumnya tidak akan terjadi oleh karena orang yang akan diserang
biasanya berada dalam posisi tubuh yang lebih stabil dan akan lebih baik
lagi bila orang itu juga berada dalam kondisi emosional yang tenang. Di
samping itu gelombang elektromagnetik orang yang bertenaga dalam adalah
lebih besar, sudah mapan dan mantap (selalu ada) dibandingkan dengan
gelombang elektromagnetik “bangkitan sewaktu” dari orang yang sedang
beremosi. Makin besar tenaga dalam yang dimiliki orang yang akan
diserang, makin tebal selubung gelombang elektromagnetiknya, sehingga
semakin sulit bagi penyerang untuk mendekati orang yang akan
diserangnya. Ibaratnya jarum kompas (apalagi jarum kompas “bangkitan
sewaktu”) tidak akan mampu menggerakkan besi magnet dan semakin besar
magnet itu maka jarum kompas yang didekatkan kepadanya sudah bergerak
walaupun jaraknya masih jauh.
Kalau orang tersebut tidak bermaksud menyerang, sekalipun ia
mengerahkan kekuatan otot yang cukup besar, gerakannya tidak akan
menjadi kacau oleh karena arah gelombang elektromagnetiknya searah
dengan gelombang elektromagnetik orang yang mempunyai tenaga dalam
tersebut. Keadaannya sama dengan jarum kompas yang terletak dekat pada
kumparan kawat dengan arus listrik searah dengan posisi sedemikian rupa
sehingga arah gelombang elektromagnetik kumparan sama dengan arah
gelombang magnetik jarum kompas itu, sebagaimana telah dikemukakan
dibagian depan. Pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana bila si penyerang
itu juga bertenaga dalam? Nah perlu diketahui bahwa sesama tenaga dalam
adalah gelombang elektromagnetik yang searah sehingga tidak akan saling
berbenturan. Yang akan berbenturan ialah gelombang elektromagnetik
“bangkitan sewaktu” hasil dari luapan emosi seseorang terhadap gelombang
elektromagnetik tenaga dalam orang lain.
Perlu diingat pula bahwa orang-orang bertenaga dalam Satria Nusantara
adalah (haruslah) orang-orang yang mampu mengendalikan diri (latihan
pengendalian 1 s/d 10), sabar dan selalu ingat ke pada Allah (dzikir),
karena sesungguhnya Allah maha Penyabar. Pertanyaan selanjutnya ialah
bagaimana orang yang bertenaga dalam dapat menjadi peka dan dapat
mendeteksi kehadiran makhluk halus? Untuk menjelaskan hal ini diperlukan
sedikit ulasan yang masih bersifat hipotetis. Awal dari hipotesa ini
mengacu kepada apa yang dikemukakan oleh Pembina Utama Satria Nusantara
pada waktu diselenggarakan diskusi Ilmiah dalam rangka pemusatan latihan
Nasional di Denpasar Bali. Dalam kesempatan diskusi itu ada dikemukakan
antara lain bahwa mahluk halus tidak boleh di”tembak”, sebab kalau
ditembak dia akan hancur tetapi tidak mati dan mungkin akan menjadi
dendam kepada kita atau anggota keluarga kita.
Terhadap kita yang mempunyai tenaga dalam memang tidak ada masalah,
akan tetapi terhadap anggota keluarga kita yang tidak memiliki tenaga
dalam dapat menjadi masalah. Kemudian pada suatu kesempatan yang lain
Pembina Utama pernah pula menceriterakan kepada penulis akan adanya
seorang anggota SN yang di”adu” kepekaannya dalam mendeteksi adanya
sesuatu mahluk halus dengan sebuah alat elektronik yang dimiliki seorang
warga negara Barat. Dalam peristiwa itu diceriterakan bahwa mula-mula
anggota SN itu lebih dahulu mendeteksi di mana ada mahluk halus,
kemudian pada tempat-tempat di mana menurut Anggota SN itu ada mahluk
halus lalu alat elektronik itu diarahkan ke tempat itu. Ternyata pada
tempat-tempat di mana menurut anggota SN itu ada mahluk halus, alat
elektronik itu “hidup”, sedangkan pada tempat-tempat yang menurut
anggota SN itu tidak ada mahluk halusnya, alat elektronik itu tidak mau
“hidup”.
Selanjutnya
kita juga sudah mengetahui bahwa tenaga dalam dapat dipancarkan, dan
bahkan dapat dipindahkan, dapat dipergunakan untuk “memagari” sesuatu
benda atau ruangan tertentu. Bila pancaran itu diarahkan pada seseorang
yang peka, maka ia dapat merasakan berbagai sensasi, misalnya rasa suhu
(panas atau dingin). Pancaran suhu (panas) misalnya dari api unggun atau
dari matahari memang merupakan pancaran gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang tertentu. Kita memang juga mengenal alat
elektronik rumah tangga yang menggunakan gelombang elektromagnetik micro
(micro wave oven) yang dapat memanaskan makanan dalam waktu yang sangat
singkat. Juga kita kenal alat kedokteran elektronik untuk fisioterapi
yang disebut alat UKG = ultra korte golf (ultra short wave) yang juga
memberikan rasa panas. Ini sekedar contoh bahwa memang ada juga
gelombang elektromagnetik yang menghasilkan panas tanpa dapat dilihat
pancaran cahayanya oleh manusia (pada umumnya).
Selain itu dari informasi yang diberikan oleh manusia Kirlian yaitu
manusia yang dikaruniai kelebihan sehingga dapat melihat cahaya-aura,
dikemukakan bahwa orang bertenaga-dalam itu mengeluarkan cahaya dan
bahwa cahaya itu berubah warna maupun kekuatan pancarannya, tergantung
pada perubahan niat atau maksud pemancar tenaga dalam yang bersangkutan.
Selain itu, dalam rangka Semiloka Pengobatan Tenaga dalam di Surabaya
tgl 5-6 Desember 1992 yang lalu, yaitu pada waktu penulis mengikuti
sidang kelompok I yaitu kelompok yang mencoba mengidentifikasi apa itu
Tenaga Dalam, seorang peserta dalam kelompok itu mengemukakan bahwa ia
dapat menidurkan seseorang yang berada di Jakarta dari tempat tinggalnya
di luar Jakarta, setelah orang itu diinterlokal dulu untuk siap
menerima getaran gelombang yang dikirimkannya. Kemudian yang
bersangkutan menelpon lagi ke Jakarta untuk mengecek dan ternyata memang
orang itu tertidur. Kemudian dari jarak jauh itu pula orang itu lalu
dibangunkan dan sekali lagi dicek melalui telepon interlokal dan
ternyata orang itupun menjadi bangun kembali.
Menurut informasi yang pernah penulis dengar, hal serupa juga sudah
dilakukan oleh Pembina Utama bila mem”buka” angkatan pra-dasar di Negeri
Belanda, juga setelah lebih dahulu melakukan hubungan telepon
Internasional untuk menyesuaikan waktu dan menentukan saat acara
pem”buka”an termaksud. Demikianlah maka dalam hal ini terjadilah
hubungan seperti apa yang seringkali dikemukakan oleh Pembina Utama SN
yaitu adanya hubungan sebagaimana halnya pemancar dan penerima. Artinya
harus ada kesesuaian dari penerima terhadap macam dan saat getaran
dikirimkan oleh si Pemancar. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, di
dalam tubuh manusia memang terdapat sumber listrik. Dengan adanya sumber
listrik maka memang dapat dibuat pemancar maupun penerima. Demikianlah
maka menusia memang dapat membuat dirinya menjadi pemancar maupun
penerima tergantung pada apa yang menjadi niatnya pada waktu itu.
Jadi
apa yang dapat disimpulkan dari berbagai informasi tersebut di atas ?
Dari informasi-informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Tenaga
Dalam adalah : suatu getaran atau gelombang elektromaganetik,
dapat dipancarkan atau di”tembak”kan, pancarannya dapat dirasakan sebagai rasa suhu (panas atau dingin),dapat meng”gumpal” seperti halnya awan dan/atau dapat di”rentangkan” mengelilingi suatu benda, mahluk hidup atau suatu wilayah tertentu, dapat di”huni” oleh mahluk halus, artinya bahwa mahluk halus itu sebenarnya juga memerlukan “jasad” dan jasad itu ialah berupa “segumpal” gelombang elektromagnetik sehingga dapat dideteksi oleh orang-orang bertenaga-dalam dan bahkan oleh alat elektroniknya orang Barat tersebut di atas, gelombang elektromagnetik tenaga dalam dapat berubah-ubah panjangnya sesuai dengan niat yang bersangkutan, sehingga warna cahaya yang dipancarkannya akan berubah sesuai dengan panjang gelombangnya, karena sesungguhnya cahaya adalah juga gelombang elektromagnetik. Namun perlu diingat bahwa spektrum (panjang gelombang) warna cahaya tenaga dalam ini berada di luar spektrum warna cahaya biasa, sehingga hanya dapat dilihat oleh manusia- manusia Kirlian, gelombang getaran tenaga dalam dapat dipancarkan dan dapat diterima dari jarak jauh.
dapat dipancarkan atau di”tembak”kan, pancarannya dapat dirasakan sebagai rasa suhu (panas atau dingin),dapat meng”gumpal” seperti halnya awan dan/atau dapat di”rentangkan” mengelilingi suatu benda, mahluk hidup atau suatu wilayah tertentu, dapat di”huni” oleh mahluk halus, artinya bahwa mahluk halus itu sebenarnya juga memerlukan “jasad” dan jasad itu ialah berupa “segumpal” gelombang elektromagnetik sehingga dapat dideteksi oleh orang-orang bertenaga-dalam dan bahkan oleh alat elektroniknya orang Barat tersebut di atas, gelombang elektromagnetik tenaga dalam dapat berubah-ubah panjangnya sesuai dengan niat yang bersangkutan, sehingga warna cahaya yang dipancarkannya akan berubah sesuai dengan panjang gelombangnya, karena sesungguhnya cahaya adalah juga gelombang elektromagnetik. Namun perlu diingat bahwa spektrum (panjang gelombang) warna cahaya tenaga dalam ini berada di luar spektrum warna cahaya biasa, sehingga hanya dapat dilihat oleh manusia- manusia Kirlian, gelombang getaran tenaga dalam dapat dipancarkan dan dapat diterima dari jarak jauh.
Hal ini lebih mencerminkan lagi bahwa gelombang getaran tenaga dalam
adalah gelombang elektromagnetik yang frekuensinya, jadi berarti panjang
gelombangnya dapat diubah-ubah tergantung pada apa yang menjadi niat
dari “pemancar”nya, seperti halnya gelombang elektromagnetik siaran
radio dan/atau televisi.
Demikianlah maka orang-orang yang rajin melakukan shalat, shalat tahajud serta berdzikir secara khusyu’ yang merupakan wujud adanya pemusatan pikiran yang sungguh-sungguh, dan juga yang dilakukannya sewaktu melakukan latihan SP-SN, sangat tidak mustahil bila ia juga dapat ikut menyadap dan menyerap pancaran- pancaran tenaga-dalam yang lazim disebut sebagai pancaran-pancaran tenaga kosmis yang bertebaran di alam semesta ini. Namun tenaga macam apa yang akan diperolehnya tentu saja akan tergantung kepada apa yang menjadi niatnya, karena niat ini pula yang akan menentukan panjang gelombang (jenis) tenaga dalam yang akan terserap. Ibaratnya : Antara Pemancar dan Penerima harus berada pada panjang gelombang yang sama.
Demikianlah maka orang-orang yang rajin melakukan shalat, shalat tahajud serta berdzikir secara khusyu’ yang merupakan wujud adanya pemusatan pikiran yang sungguh-sungguh, dan juga yang dilakukannya sewaktu melakukan latihan SP-SN, sangat tidak mustahil bila ia juga dapat ikut menyadap dan menyerap pancaran- pancaran tenaga-dalam yang lazim disebut sebagai pancaran-pancaran tenaga kosmis yang bertebaran di alam semesta ini. Namun tenaga macam apa yang akan diperolehnya tentu saja akan tergantung kepada apa yang menjadi niatnya, karena niat ini pula yang akan menentukan panjang gelombang (jenis) tenaga dalam yang akan terserap. Ibaratnya : Antara Pemancar dan Penerima harus berada pada panjang gelombang yang sama.
Akan tetapi tidak semua jenis getaran (panjang gelombang) Tenaga
Dalam dapat diterima dan/atau dipancarkan oleh seseorang, karena hal ini
ditentukan oleh kualitas masing-masing orang, yang merupakan ciri
bawaan orang seorang. Karena itu berniat dan berdoalah secara khusyu’
sebelum setiap melakukan latihan SP-SN karena hal ini memang sangat
perlu dilakukan. Dan selanjutnya berdzikirlah dalam jurus-jurus sekuat
kemampuan konsentrasi kita agar kita dapat menyerap sebanyak mungkin
getaran-getaran Tenaga Dalam di alam semesta karunia Allah bagi kita.
Sedangkan mengenai apa yang akan kita peroleh dan seberapa banyak kita
akan memperoleh kelebihan-kelebihan itu dari orang lain, sesungguhnya
Allah yang menentukan. Karena itu berserah-dirilah kepadaNya, karena
sesungguhnya Ia maha kuasa atas segala-galanya.
Demikianlah sedikit informasi tentang masalah listrik dalam tubuh
manusia serta analisa sederhana yang berhubungan dengan teori yang
mengatakan bahwa Tenaga Dalam adalah gelombang elektromagnetik dan
bagaimana kaitannya dengan peristiwa faal dalam tubuh, sekiranya memang
benar Tenaga Dalam itu berhubungan dengan masalah listrik dalam tubuh
dengan medan elektromagnetiknya. Apakah memang demikian masalahnya?
Entahlah, mudah-mudahan ada ahli-ahli bersangkutan yang berminat untuk
membuktikannya. Tenaga Dalam menurut analisa Ilmu Faal (dari sudut
Medis-Fisiologis) adalah : ketegaran, ketahanan dan vitalitas sel-sel
tubuh, yang diperoleh melalui mekanisme pelatihan yang bersifat
hypoxic-anaerobic dari Seni Pernafasan Satria Nusantara.
Dengan semakin tegar, tahan dan vitalnya sel-sel tubuh, maka kondisi
bio-listrik setiap sel pun menjadi semakin kuat dan stabil. Demikianlah
maka bermula dari adanya listrik di dalam tubuh yang memang secara
ilmiah telah dapat dibuktikan keberadaannya, dapatlah kemudian
“dikembangkan” Tenaga Dalam yang secara teoritis merupakan getaran
(gelombang) elektromagnetik yang mempunyai sifat-sifat sebagaimana telah
dikemukakan (dihipotesakan) tersebut di atas. Dengan semakin
berlanjutnya latihan yang dilakukan, maka Tenaga Dalam yang dapat
dikembangkan pun menjadi semakin kuat. Akan tetapi ada satu hal sangat
penting yang selalu harus dilakukan dan karena itu tidak boleh dilupakan
yaitu : niat dan konsentrasi, karena inilah yang akan menentukan kadar
peningkatan Tenaga Dalam yang akan diperolehnya.
Demikian pula dalam hal memanfaatkan Tenaga Dalam, maka niat dan
konsentrasi pula yang akan menentukan kadar keberhasilannya. Misalnya
pemanfaatan Tenaga Dalam untuk membuat pagar/perlindungan dan atau untuk
penyembuhan. Oleh karena itu dalam setiap latihan Olah Tenaga Dalam,
maka niat pada setiap mengawali dan konsentrasi selama melakukan latihan
sangat perlu untuk selalu ditekankan, oleh karena sesungguhnya untuk
dapat melakukan niat yang berlanjut pada konsentrasi, apalagi yang
berlangsung lama, memerlukan pula latihan-latihan khusus. Hal ini tentu
saja sangat penting bagi mereka yang ingin memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dari latihan yang dilakukannya.
Latihan
(gerakan-gerakan) nafas duduk dan latihan (gerakan-gerakan) jurus
merupakan olahraga, sedangkan latihan (membiasakan diri) berniat pada
setiap mengawali sesuatu kegiatan (latihan) dan berkonsentrasi yang
menyertainya selama melakukan latihan merupakan olahjiwa. Oleh karena
itu maka Olah Seni Pernafasan Satria Nusantara memang adalah
sesungguhnya Olah Manusia seutuhnya, karena ia secara bersamaan mengolah
raga dan mengolah jiwa. Bukanlah hal yang tidak penting untuk secara
sadar melakukan latihan “berniat” dan “berkonsentrasi” ini, oleh karena
orang memang sering lupa untuk “berniat” dalam setiap hendak melakukan
sesuatu, apalagi berniat sambil berucap “dengan nama Allah – bismillah”
dalam setiap mengawali sesuatu kegiatan adalah sangat-sangat penting
bagi kita karena semua kegiatan kita akan menjadi bernilai ibadah.
Demikian pula halnya dengan konsentrasi, yang merupakan hal yang
sangat penting untuk menyertai setiap kegiatan yang kita lakukan. Tanpa
kemampuan konsentrasi yang tinggi, maka tingkat keberhasilan semua usaha
kita akan selalu lebih rendah dari pada bila disertai konsentrasi yang
lebih tinggi. Misalnya belajar yang tidak disertai konsentrasi yang
tinggi, akan menghasilkan prestasi yang lebih rendah. Orang yang tidak
mampu berkonsentrasi dengan baik, akan mudah terganggu dalam hal belajar
maupun bekerjanya. Oleh karena itu, niat dan konsentrasi memang
memerlukan pelatihan pula dan oleh karena itu pula maka masalah niat dan
konsentrasi ini selalu perlu ditekankan pada setiap akan melakukan
latihan, yang dilanjutkan dengan mewujudkannya dalam dzikir selama
melakukan jurus-jurus maupun dalam waktu-waktu di antaranya. Karena itu
adalah memang sangat tepat bila selama latihan para peserta tidak
dibenarkan untuk bercakap-cakap, bergurau atau melakukan hal-hal lain
yang tidak perlu kecuali untuk menanyakan dan atau mendiskusikan hal-hal
yang sifatnya untuk meningkatkan mutu latihan dan mutu hasil latihan
itu sendiri.
Satu hal yang harus selalu diingat ialah bahwa segala Ilmu adalah
ciptaan Allah dan karena itu berasal dari Allah karena hanya Allah Sang
Pencipta itu dan hanya dengan izin Allah pula maka Ilmu itu dapat kita
miliki. Oleh karena itu berdzikirlah sekhusyu’ mungkin selama berlatih,
oleh karena hanya orang yang dekat dan dipercaya oleh Allah yang akan
mendapat izin untuk menggunakan sebagian dari tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan Allah, yang karena itu tidak akan mungkin dikalahkan oleh
golongan orang-orang yang menggunakan Ilmu-Nya untuk kemusyrikan. Amin.