Provinsi
Sulawesi
Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi,
secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa
di antara 02°45' - 06°15' Lintang Selatan dan 120°45' - 124°30' Bujur Timur
serta mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km²
(11.000.000 ha).
Anjungan sulawei tenggara memiliki
bangunan induk berupa tiruan “istana sultan buton” yang dinamakan Malige.
Bangunan bertingkat empat ini seluruhnya terbuat dari kayu, dengan topangan 40
buah tiang yang berjajar lima ke belakang. Sejumlah tiang yang sama juga
digunakan untuk bangunan di tingkat atasnya yang kian menyempit, hingga
jarak tiang yang satu dengan yang lainnya mekin ke atas makin pendek. Uniknya
bangunan ini aslinya didirikan tanpa tali pengikat aaupun paku, tetapi hanya
karena saling kait mengait. Namun nyatanya dapat kokoh diatas Sandi, yang
menjadi landasan dasarnya. Aslinya lantai pertama Malige difungsikan sebagai
tempat tinggal raja beserta permaisurinya. Karena itu dilengkapi dengan
ruang makan, ruang tidur dan ruang tamu yang terletak di depannya. Namun,
Malige anjungan ini dipakai untuk memperkenalkan berbagai aspek budaya
daerahnya. Di sini dapat disaksikan peragaan pakaian kebesaran Sulta Buton
beserta permaisuri, pakaian raja muna, pakaian kapitalao (panglima perang),
Bonto Balano (menteri besar) dan pakaian pasi (petugas pengurus benda pusaka
keraton, serta pakaian adat dari masing-masing kabupaten yang ada di Sulawesi
tenggara). Selain itu di tempat ini juga terdapat berbagai jenis binatang yang
diawetkan seperti burung Maleo, Anoa, Biawak dan lain-lain.
Seperti daerah-daerah yang lain,
pada hari Minggu dan hari libur anjungan ini menyelenggarakan berbagai
keseniannya seperti tari-tarian Lariyangi, Linda, Honari dan Manguru
di sangping berbagai jenis tari kreasi yang lain. Kesemuanya ditarikan oleh
para remaja, yang sebagian merupakan putra-putri asal Sulawesi tenggara yang
berdomisili di Jakarta. Upacara adat juga sering ditampilkan disini seperti
upacara perkawinan, upacara adat “motasu” yang merupakan bagian dari upacara pembukaan
ladang baru, dan jenis-jenis upacara lain. Dalam kesempatan demikian, umumnya
acara diakhiri dengan “Molulo”, yaitu menari bersama dengan bergandengan tangan
antara pria dan wanita yang membentuk lingkaran. Gaya dan hentakan kaki yang
dilakukan seirama dengan ritmik dan dinamiknya musik, membuat jenis tari
pergaulan ini amat menarik dan mampu memberikan kegembiraan dalam suasana yang
akrab.
Informasi :Kantor Penghubung Provinsi Sulawesi Tenggara
Jl. Sumenep No. 4 Menteng, Jakarta Pusat
Tlep. 021-3919954 Fax. 021- 330823
0 komentar:
Posting Komentar